Iwan Barnevel
Universitas Gunadarma
Ahmad Nasher
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IPTEK
Perkembangan
teknologi berlangsung secara evolutif. Sejak zaman Romawi Kuno pemikiran dan
hasil kebudayaan telah nampak berorientasi menuju bidang teknologi.Secara
etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti
serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu
objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau
metode dan seni. Istilah teknologi sendiri untuk pertama kali dipakai oleh
Philips pada tahun 1706 dalam sebuah buku berjudul Teknologi: Diskripsi Tentang
Seni-Seni, Khususnya Mesin (Technology: A Description Of The Arts, Especially
The Mechanical).
Dalam
memasuki Era Industrialisasi, pencapaiannya sangat ditentukan oleh penguasaan
teknologi karena teknologi adalah mesin penggerak pertumbuhan melalui industri.
Oleh sebab itu, tepat momentumnya jika kita merenungkan masalah teknologi,
menginventarisasi yang kita miliki, memperkirakan apa yang ingin kita capai dan
bagaimana caranya memperoleh teknologi yang kita perlukan itu, serta mengamati
betapa besar dampaknya terhadap transformasi budaya kita. Sebagian dari kita
beranggapan teknologi adalah barang atau sesuatu yang baru. padahal, kalau kita
membaca sejarah, teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu
gejala kontemporer. Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri.Pengertian tentang Sains, dan Teknologi (IPTEK)
Secara etimologi Sains berasal dari bahasa Latin, yaitu scientia yang berarti pengetahuan. Definisi sains adalah ilmu pengetahuan yang dibentuk secara kreatif dan sistematis melalui proses observasi yang berlangsung secara terus menerus dan menghasilkan kebenaran objektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secarah ilmiah. Oleh karena itu, Kata ilmu dengan segala akar kata dan bentuknya mempunyai ciri kejelasan. Setiap disiplin ilmu membatasi diri pada salah satu objek kajian. Sains juga merupakan kumpulan dari konsep, prinsip, hukum, dan teori yang berhubungan erat dengan alam semesta.
Teknologi merupakan salah satu budaya dari hasil penerapan praktis ilmu pengetahuan. Teknologi di satu aspek dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia. Namun di sisi lain teknologi juga membawa dampak negatif berupa ketimpangan dalam kehidupan. Oleh karena itu teknologi dapat dianggap bersifat netral. Hal itu berarti teknologi dapat membantu manusia namun dapat juga menghancurkan manusia.
C. Paradigma Hubungan Agama dan IPTEK
Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan antara Agama dan Teknologi, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma.
Pertama, paradagima sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan IPTEK adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan (fashl al-din an al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan Tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan umum/ publik. Paradigma ini memandang agama dan IPTEK tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya. Agama dan IPTEK sama sekali terpisah baik secara ontologis (berkaitan dengan pengertian atau hakikat sesuatu hal), epistemologis (berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan).
Paradigma ini mencapai kematangan pada akhir abad XIX di Barat sebagai jalan keluar dari kontradiksi ajaran Kristen (khususnya teks Bible) dengan penemuan ilmu pengetahuan modern. Semula ajaran Kristen dijadikan standar kebenaran ilmu pengetahuan. Tapi ternyata banyak ayat Bible yang berkontradiksi dan tidak relevan dengan fakta ilmu pengetahuan. Contohnya, menurut ajaran gereja yang resmi, bumi itu datar seperti halnya meja dengan empat sudutnya. Padahal faktanya, bumi itu bulat berdasarkan penemuan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil pelayaran Magellan. Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, dus, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan IPTEK. IPTEK bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusia-Tuhan. Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Paradigma tersebut didasarkan pada pikiran Karl Marx (w. 1883) yang ateis dan memandang agama (Kristen) sebagai candu masyarakat, karena agama menurutnya membuat orang terbius dan lupa akan penindasan kapitalisme yang kejam. Karl Marx mengatakan: “Religion is the sigh of the oppressed creature, the heart of the heartless world, just as it is the spirit of a spiritless situation. It is the opium of the people”. (Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jiwa dari suatu dunia yang tak berjiwa, sebagaimana ia merupakan ruh/spirit dari situasi yang tanpa ruh/spirit. Agama adalah candu bagi rakyat).
Hubungan Timbal Balik antara Iman dengan IPTEK
Teknologi dapat bertentangan dengan iman, sebagai contohnya:
- IPTEK dapat menjadi berhala karena dapat menjelaskan segala perkara, masalah hidup dan memenuhi harapan manusia. Maka IPTEK dijadikan dewa dan manusia tidak memerlukan Tuhan
- Menciptakaan keadaan tak bernorma. Ini telah terbukti dimana teknologi audio dan visual seperti alat-alat elektronik, telah menciptakan dunia hiburan yang tak bermoral.
- Teknologi termasuk alat bukan tujuan, Contoh yang jelas adalah perkembangan teknik nuklir. Penemuan tenaga atom adalah suatu penemuan yang hebat. Sama pentingnya dengan penemuan api oleh manusia purba. Tetapi jika di dalam penggunaan tenaga nuklir itu kita tidak bertanya, “Untuk apa tenaga itu akan kita pergunakan?” maka tenaga nuklir itu akan menjadi alat yang dipergunakan manusia untuk menghancurkan diri sendiri.
Teknologi Dan Iman Dapat Menjadi Persekutuan, sebagai contoh:
Alkitab menyatakan kepada kita beberapa tuntunan yang
jelas tentang Teknologi:
1. Teknologi
adalah tugas
Pengaruh kekristenan yang mendorong lahirnya
IPTEK merupakan cermin sikap kristiani yang bertanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan Allah kepada manusia sebagaiamana tertulis dalam Kejadian
1:28 “Allah memberkati mereka, lalu
Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak;
penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Artinya, Tuhan memerintahkan kita seabagai manusia untukmenguasai segala yang
ada di bumi termasuk teknologi untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan.
2. Teknologi
harus sesuai dengaan nilai moral
Setiap
orang percaya dapat menggali dan mempergunakan teknologi sesuai dengan nilai nilai moral, dengan taat
dan bertanggung jawab kepada norma-norma Allah. Teknologi juga digunakan harus
sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Penyalahgunaan teknologi dapat ditahan oleh penggunaan teknologi secara positif
sesuai dengan norma-norma Tuhan dan dengan perjuangan memberantas
penyalahgunaan teknologi.
Hasil – hasil IPTEK dan Pengaruhnya
Terhadap Kehidupan Manusia
Secara ringkas dapat disebutkan hasil positif dan
hasil negatif dari IPTEK. Secara positif, hasil dan penemuan teknologi
telah banyak memberikan manfaat dan kemudahan bagi umat manusia. Bila pada masa
lalu seorang perencana bangunan bertingkat memerlukan berhari-hari
ataupun berbulan-bulan dalam melakukan perhitungan-perhitungan struktur, kini
dengan bantuan software bisa
dilakukan dengan waktu kurang dari seminggu dalam kondisi ketelitian dan
ketepatan yang jauh lebih tinggi. Demikian pula perkembangan teknologi
dalam dunia kedokteran telah banyak membantu analisis dan penangan pasien
secara lebih tepat dan cermat.
Dengan perkembangan video, TV, antene parabola,
satelit komunikasi, komunikasi antarkota, antarpulau dan bahkan antarbenua
bukan merupakan suatu kesulitan yang besar. Penginjilan pun dapat
dilakukan dengan mudah memakai hasil-hasil teknologi tersebut. Revolusi
dalam teknologi transportasi seperti pesawat terbang, kereta listrik, kapal
laut ataupun perkembangan mobil, telah memungkinkan suatu perjalanan yang
cepat, aman dan nyaman. Dunia rumah tangga juga mengalami terobosan
teknologi yang revolusioner, alat dapur, mesin cuci sampai pemotong rumput
telah banyak membantu manusia dalam menghemat waktu dan tenaga dalam
tugas-tugas rumah tangga.
Namun demikian harus pula kita akui bahwa di samping
keuntungan-keuntungan kita dapati pula kerugian-kerugiannya dari hasil
perkembangan IPTEK. Beberapa krisis yang dapat timbul, misalnya, sebagai dampak
IPTEK adalah:
Pertama, krisis sosial-ekonomi. Perkembangan teknologi
yang cepat akan memacu para produsen untuk terus mengadakan pembaruan terhadap
produknya agar mereka bisa menguasai pasar dan memiliki daya saing yang kuat di
pasaran. Ambilnya contoh suatu produk komputer dan software pada IBM-PC,
hampir setiap tahun mereka selalu menawarkan pembaruan dan produk baru.
Akibatnya, masyarakat mau tidak mau juga harus dipacu untuk terus hidup
mengikuti perkembangan teknologi. Untuk mengikuti perkembangan teknologi
perlu suatu biaya yang tidak kecil, sehingga hanya mereka yang memiliki
finansial yang kuat sajalah yang akan dapat mengambil manfaat dari perkembangan
teknologi tersebut. Di sisi lain, kemajuan teknologi juga banyak
mengurangi tenaga manusia untuk diganti dnegan tenaga mesin, sehingga krisis
pengangguran menjadi bagian yang tak terpisahkan dari suatu era teknologi.
Kedua, krisis media. Kemajuan dalam setiap
produk teknologi telah memungkinkan nilai-nilai yang amoral seperti ide-ide
pornografi, kekejaman dan sadistis dapat disalurkan dan dinikmati melalui TV,
video, disket komputer dan lain-lain, secara sempurna. Kenyataan ini
secara tidak langsung telah menawarkan model-model keriminalitas dalam suatu
masyarakat, sehingga mereka didorong melakukan hal yang sama, sehingga,
bukanlah hal yang mustahil bila masyarakat memasuki "nilai-nilai"
yang disesuaikan dengan teknologi yang ada. Sebagai contoh, hubungan seks
tanpa nikah saat ini merupakan hal yang normal bagi masyarakat karena mereka
banyak melihat model baik melalui koran, televisi ataupun film, baik dari luar
maupun dalam negeri. Lebih dari itu televisi menjadikan manusia memiliki
hobi baru, yaitu sebagai penonton; sedangkan waktu-waktu utnuk berdoa, bekerja
menjadi terabaikan karena acara-acara televisi lebih menarik perhatian.
Ketiga, krisis mental. Manusia menjadi egois,
tak pernah memperhatikan orang lain, memburu kemewahan dan kekayaan, memandang
rendah agama. Mentalitas lain yang berkembang dalam era teknologi saat
ini adalah mental kompromi, suatu mental yang menginginkan
berpijak pada dua dunia sekaligus. Mentalitas yang menerima
dan berbuat kenyataan yang salah meskipun dia mengetahui hal itu bertentangan
dengan nilai-nilai kebenaran. Inilah suatu era di mana banyak orang
Kristen kehilangan wajahnya sebagai orang percaya.
KESIMPULAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar